Sunday, October 20, 2013

Lakon keluarga ria jenaka di sabtu petang nan cerah: "sirkus roti belanda 9 buah"

Lakon diawali dengan pesanan roti 10 buah yg harus diantar ke suatu mall di bunderan HI *ada alasan kenapa mall belum disebut* 

Roti sudah siap dari siang, namun karena ada pelanggan datang ke warung akhirnya yg diantar hanya 9 buah.

Berjalanlah keluarga ria jenaka *minus satu* ke mall yg dituju. Ade bertanya padaayah apakah tempatnya sudah tahu pasti? "Iya, di GI!" Jawab ayah penuh kepastian. Ibu di belakang menanyakan apakah ayah bisa menelepon untuk konfirmasi, seperti biasa fungsi telepon bagi ayah adalah 'mono' dan tertinggallah hp beserta nomor kontak di rumah.

Dengan pd keluarga ria jenaka pergi ke mall yg dituju, susah payah menaruh mobil di valet dan mengeluarkan kotak roti. Masuk ke dalam mall dengan pd bahwa tempat yg dituju ada di lantai tiga....

Eng ing eng... Salah, restoran yg dituju ternyata bukan di GI tapi di PI. Tergopoh2 ade jalan ke PI untuk memastikan, dan benar mereka seharusnya ke PI. Ayah dan ibu kemudian harus menunggu valet sambil membawa kotak roti. Sementara ade sudah di PI

20 menit kemudian, sampailah ayah dan ibu ke PI *20 menit hanya untuk nunggu mobil, putar balik dan tiba di mall seberang* diantarlah roti ke tujuan.

Roti sedang diperiksa ketika kami menyadari... Ada semut di dalam rotinya... *face palm* tapi semua sudah dibereskan. Bersantai dan mengobrol dengan pemilik resto.

Setelah satu jam keluarga ria jenaka memutuskan untuk pulang. Berpamitan dan turun... Ke tempat parkir yg salah... Ternyata harus ke tempat parkir satu lagi. Jangan lupa ini semua dijalani di dalam mall dengan kotak roti kosong.

Sampai di mobil ayah menyadari bahwa.. Karcis parkir yg tadi dikantongi ternyata hilang! Pergilah ayah ke atas untuk mencari sementara ade juga menyadari satu hal, STNK mobil tidak dibawa! Soim to the rescue, STNK diantar ke mall dan akhirnya keluarga ria jenaka pun bisa pulang.

Memang, keluarga ria jenaka selalu ada saja lakonnya. Sampai jumpa dilakon sirkus keluarga ria jenaka berikutnya


Jakarta, 20 April 2013
#BaladaKeluargaRiaJenaka

Tuesday, January 31, 2012

To kill or not to kill

No, I'm not that articulate with what I say. I feel more articulate with the blood that I dripped, the bones that I carved and the screams that I record.

One by one they approached me, thinking what a beauty I am. They know not of glee and joy that I will obtained from them. They are worthless monkey, perched on top of the tree. Vying my hand as if I'm their golden fruit. Let them try, let them fight, let them be the monkey that they are. Let one of them prevail as the winner. Approach me as if I'm the prize. I let them, I submit to their wishes, for when the time comes, my joy and happiness comes from them.

Yes, when the time comes. Let the time slowly crawl to me. I will wait patiently. For then I will no longer be the prize. Blood shall be shed, for that is one of the things that brings me joy. Scream, scream and scream out your beautiful voice. Let it out and let it be hoarse. I shall bring you hot tea and warm honey to ease your throat, then I shall make you scream and scream again. The whiteness of your bones shall be a delight for me, I'll treasure and carve something momentous in it. You will be forever ingrained with a piece of me.

Ah, the joy, the happiness it is a fleeting moment. I shall be prepared for another monkey race, to be the prize they after and to wait for that moment of joy and happiness.

Jakarta, 31 January 2012

Wednesday, March 9, 2011

Sayap Putihku


Sedikit tulisan yang muncul di tengah kedai kopi.
_________________________________________________________________________________

Aku mempunyai sayap yang indah, indah sekali. Warnanya putih, bak salju kata beberapa ilmuwan asing yang pernah datang meneliti diriku. Aku hanya percaya saja, aku tak tahu salju seperti apa. Beberapa sastrawan yang juga mendatangiku mengatakan sayapku halus, sehalus helaian rambut bayi yang baru lahir. Sekali lagi aku tak tahu sehalus apa rambut bayi yang baru lahir. Sepanjang hidup aku merasa sayap ini adalah kutukanku. Benda yang ingin aku hilangkan, agar aku bisa keluar dari sangkar emas yang mengelilingiku.

Aku ingat, saat aku kecil sayap itu hanya sebuah tonjolan kecil di punggung. Tonjolan yang tak membahayakan ucap dokter saat diperiksa. Tonjolan yang semakin lama semakin besar dan akhirnya keluarlah bulu-bulu kecil dari tonjolan itu. Orang tuaku panik saat pertama kali aku menunjukkan bulu putih di tonjolanku. Mereka membawaku kembali ke dokter. Dokter pertama menggelengkan kepalanya penuh bingung atas fenomena ini. dokter ke dua melakukan berbagai tes pada diriku, dokter ke tiga membuat disertasinya berdasarkan diriku. Karena dokter ke tiga inilah aku menjadi mahluk teraneh di dunia.

Aku berusia 13 tahun ketika ilmuwan dari Amerika datang dengan tujuan untuk meneliti diriku. Seiring dengan ilmuwan Amerika tersebut berdatanganlah ilmuwan-ilmuwan lainnya dari segala penjuru dunia. Awalnya menyenangkan, aku diperhatikan oleh semua orang. Aku menjadi terkenal. Namun hal itu hanya sesaat.
Orangtuaku tak mengijinkan para ilmuwan itu untuk membawaku pergi, namun mereka juga tak bisa menolak uang yang akan diberikan pada mereka jika mereka memberi izin untuk meneliti diriku. Para ilmuwan itu tak bisa membawaku pergi, jadi mereka membawa laboratorium mereka ke tempatku. Laboratiruim tercanggih yang pernah ada di dunia dibangun di samping rumahku. Aku menjadi bahan penelitian mereka selama 12 jam sehari, 6 hari seminggu.

Begitu aku menginjak umur 18 tahun aku diambil dari rumahku. Berdasarkan kontrak yang ditanda tangani oleh orangtuaku, apabila mereka mengijinkan para ilmuwan untuk membawaku saat aku berumur 18 tahun, maka uang yang mereka dapatkan akan digandakan. Kesimpulannya adalah aku tak lagi dianggap menjadi manusia, aku hanya sebuah benda aneh yang menjadi salah satu bagian dunia.

Lima tahun sudah aku berada di dalam gedung laboratorium ini. Semua kebutuhanku terpenuhi, makanan terlezat dengan bahan-bahan kualitas paling tinggi, pakaianku dijahitkan langsung oleh perancang busana terkenal, banyak dari mereka mengucapkan bahwa mereka terinspirasi oleh diriku untuk membuat rancangan-rancangan yang indah, sayang aku tak bisa melihat rancangan mereka secara langsung. Aku tak diizinkan keluar dari gedung laboratorium ini.

Aku mulai merasa diriku bukanlah manusia, namun mahluk aneh seperti apa yang mereka bilang. Aku sudah tak ingat siapa namaku. Bagi para ilmuwan aku adalah “Project Wings” – Proyek Sayap – Aku masih ingat orang tuaku memanggilku “Ade”, aku tak ingat apakah aku pernah mempunyai teman saat aku kecil, aku lupa sudah namaku.

Lima tahun lima bulan lima hari setelah aku masuk ke gedung ini. Segala macam percobaan telah dilakukan padaku. Kali ini aku mendengar mereka akan mencoba mengembang biakkan diriku. Dititik itulah aku tersadar, aku ini manusia. Aku masih berakal seperti manusia, aku masih bicara seperti manusia, dan aku masih berbicara seperti manusia. Aku bukanlah binatang ternak yang bisa mereka budi dayakan semena-mena. Dititik inilah aku berontak dan berusaha membebaskan diri.

Segala upaya aku keluarkan untuk membebaskan diri. Aku berusaha menghubungi orangtuaku, namun sepertinya mereka sudah tak ingin lagi mengenal putrinya. Mereka hanya mengatakan bahwa diriku lebih baik berada di dalam sini dari pada di luar, betapa banyak orang jahat yang akan mengambil keuntungan dari diriku.
Sebuah jalan buntu.

Aku mulai berusaha mengepakkan sayapku. Aku tak pernah mencoba sebelumnya, hanya membiarkan benda itu menggantung dari punggungku dan menyeretnya tanpa henti.

Aku bernegosiasi dengan para ilmuwan, namun jelas sekali mereka tak akan membiarkan mahluk aneh seperti diriku untuk kabur, aku adalah sumber pencaharian mereka. Aku mulai menggerakkan sayapku.

Aku berusaha kabur dengan paksa, melawan penjaga di depan pintu gedung hanya untuk ditangkap, diikat dan dikurung dalam kamar. Sayapku mulai mengepak perlahan.

Mereka mulai mempersiapkan diriku untuk kehamilan. Berbagai suntikan hormon, tes darah dan percobaan mereka lakukan padaku. Sayapku mengangkat diriku, kakiku tak lagi menyentuh tanah.

Deret demi deret foto pria dijajarkan dihadapanku. Aku diberi pilihan, memilih pria yang akan menghamiliku atau mereka akan memilihkannya untukku. Sayapku membawaku terbang di taman dalam.

Aku menentukan pilihanku, seorang pria berkebangsaan Amerika Serikat, lulusan universitas terkenal dengan jurusan Biologi. Tujuannya menjadi pemberi sprema untukku adalah ingin melihat apakah keturunanku akan mempunyai sayap atau kelebihan lain. Itu tak akan terjadi. Sayapku sudah siap.

Sayap putihku berkilau dengan indah diterpa matahari pagi. Aku berada di halaman luar, salah satu syarat yang kuberikan saat aku setuju untuk melakukan hal ini. Hari ini adalah hari terakhir aku akan melihat langit biru. Besok pria pemberi sperma akan datang dan akan men‘donasi’kan spermanya kepadaku. Aku tersenyum kecut bila teringat hal tersebut. Para ilmuwan akan mengurungku selama tujuh hari bersamanya. Salah satu ilmuwan berkata, “Untuk memastikan kau terbuahi dengan baik” sementara yang lain tertawa kotor mendengar ucapannya itu. Sudah cukup. Waktunya sudah tiba.

Aku kepakkan sayapku dengan perlahan, aku berdoa pada siapapun yang mendengarkan. Aku ingin bebas, cukup sudah segala percobaan, tes dan hinaan yang aku terima di sini. Aku ingin kembali menjadi manusia, kembali mengenal diriku, aku tak lagi ingin sendiri. Sayapku membawaku terbang, naik semakin tinggi. Aku lewati pagar gedung. Riuh rendah para penjaga dan ilmuwan dibawahku terdengar semakin kecil. Mereka tak berani menembakku, mereka tak menyangka aku berani, mereka tak menduga aku bisa.

Ini saatnya aku membebaskan diri. Aku bebas, gembira, sedih semua bercamur aduk dalam diriku. Mungkin ini perasaan Icarus saat ia terbang dari labirin yang mengurungnya.

Aku terbang semakin tinggi, melewati awan, menembus langit. Aku jatuh.

Sayapku berhenti mengepak. Aku jatuh.

Bulu-bulu putih melayang disampingku, ditarik oleh gravitasi bumi. Aku jatuh.

Menghantam bumi dengan keras, bunyi tulangku yang remuk disertai oleh bulu-bulu putih yang berhamburan.

Aku jatuh, aku bebas.

Jakarta, 8 Maret 2011

And so it be - A fiction


She used men, just as men used her.

The night has been easy for her, not too cold not too warm, the johns are equally easy. She scored an easy $500 for the night, in views of her day job its small change. Yes, she has a day job, not a waitress kind of day job, but a sit-in-a-million-dollar-office-doing-million-dollar-project kind of job. So, why? I don't think even she can answer that question.

On another night she would be strolling the streets looking for preys among lust driven men, the other girls gave her a wide berth, they know not to mess with her. But tonight she had enough of the streets, the image of warm sheets, chilled wine and romance novel has been on her mind the entire evening, calling like a siren for her to come home early. With the image getting stronger she walked towards the alley where she parked her car. She didn't notice the shadow following her, getting closer and closer, grabbing her by surprised as she was about to open her car. "Going home, little whore?" Hoarse voice accompany the cold glint a knife resting silently on the base of her throat. She can't move, not before assessing who he really was. A wet lick of tongue on the side of her neck "You taste so damn good little whore" whiskey breath, foul and dirty makes her gagged. She started to feel annoyed, the man are still rambling behind her, calling her "Little whore", pawing her thigh and breasts with his free hand, while the other hand wielding the knife from side to side of her neck.

The man pushed her towards her car, trapped her between himself and the car door, still rambling. She lets out a bored sigh in between his ramblings, the man is just a mediocre psycho, not someone worthy of a torture. He won't stand even a minute with her. With that making up her mind, she elbowed her attacker stomach, surprising him, catching his wrist and with a simple flick stealing the knife from his grasp. Another well placed punched, the man sprawled beneath her feet. She straddled his chest, the knife glinting in the moonlight, the table has turned. No more lust can be find in his eyes, terror and cowardice is the only thing inside.
"You annoy me!" The man doesn't even have the chance to scream before the knife moves from side to side on his neck. Blood splattered on the streets, she took out a handkerchief from her purse, cleaned the knife handle and toss it. No need to be hasty and leave a finger print in this kind of situation. An annoyed sigh came from her before she enters the car, a blood spatter has landed on her pantyhose, that would be another hose down the drain. It's so hard to clean a blood stain. She gunned her car from the alley, the wine and novel became a more interesting past time for the night after all the excitement.

The body of a man found with a neck wound the next day, the knife on his side presumed as the murder weapon. The police is still looking for the perpetrator. But beneath all of the official looking investigation, the girls on the street feel a little safer without him around. Maybe they will give her a thank you nod, the next time they see her.

Jakarta, 2011-01-07

Thursday, December 2, 2010

To hate and love

People said "it's a thin line between love and hate", but how do you actually distinguish it? When hate reside do you actually want to talk to the person? Or you talk but you mainly talk trash about them? And when you love someone, do you talk all the time about your feelings to them just to justify that what you're feeling are love? See how confusing it is between love and hate.

What about feelings that changes then? When your lover left you, dump you or cheated on you do you turn your love to hate instantly? What if said lover beg for your forgiveness? Do you think you can erase or ease that hate and turn it back to love?

Life is already complicated as it is, but I still wonder about the people who entangled themselves with so much love and hate. There are so many questions about those two adjectives without any concrete answers. Even as I think this through, I still can't get any conclusion about it, I feel that you can't love without any hate, and you can't hate without any love. So, I guess what you can do is have a balance of Love and Hate, and make the best of life.

Sunday, November 28, 2010

Long overdue post

Sooooo... more than a year since I posted a blog! What happened to me? Actually life happened..:) True, not so many things happened to me this year, but still somethings just occupy your. First of all I got a job! *yay for me* a teaching job for secondary students and the weirdest thing of all, I LOVE IT!

Long story short at first I applied as a member of the marketing team in the school, they hired me as one too, to be honest...I sucked being in marketing! Never ever again should I touch anything that has any connection to marketing or management or administrative. I was thinking of what time should I submit my resignation letter, when the mandarin teacher for secondary school resigned and they needed a new teacher ASAP! Bam... I asked if I could try, they interviewed me, and in less than a week I'm their new Mandarin teacher. I took teaching like duck to water, it just came to me. Other than that, I still do subtitling and translations. Managed to find old contacts in various research company that needs some translators during breaks.

Life has been good and I thank god for it.

Monday, September 21, 2009

My life at the moment

Dear Life,

You have been taking a big turn recently, resigning from your job, getting your boss to agree to let you out a month earlier than you think you would, a hectic week of screening, throwing and packing your stuff ~thank God Mom came to the rescue~ add to it, it's all being done in the fasting month. You manage to slipped in some good times for me and my friends at Xi'an, I always appreciate that, and then it's time for me to come home.

Home, a house where I share a room and a bed with my sister, where my parents often stay the night, where I spend a majority of my time stuck like a glue with my laptop (but then my laptop always stuck with me all the time anyway). I love my home, and the good thing is I'm gonna spend a lot of time making it mine again, after all I left it for a year.

Anyways, It's the end of fasting month. It's Lebaran time, spend a lot of time with families and friends, getting stuffed with absolutely delicious foods, getting a stomach ache, and not a whole lot of other thing to do. So, I'm gonna write and write and wait for a reply to my various job applications, and write some more. Good thing Indonesia doesn't block blogspot!!!!

Sincerely yours,

Me